Oleh: Ni Wayan Radikaputri Rahayu Ningsih, Prodi PGSD, Universitas Pendidikan Ganesha
Pendidikan dasar merupakan fondasi penting dalam membentuk karakter, pola pikir, dan kebiasaan anak. Di jenjang inilah anak-anak mulai mengenal dunia dengan cara yang lebih sistematis dan terarah. Sayangnya, masih banyak sekolah yang kurang memperhatikan pentingnya pendidikan ekonomi pada jenjang sekolah dasar. Padahal, anak-anak sudah bersentuhan dengan aktivitas ekonomi sejak usia dini, misalnya saat mereka menerima uang jajan, berbelanja di warung, atau melihat bagaimana orang tua mereka mencari nafkah. Memperkenalkan pendidikan ekonomi sejak SD bukanlah tentang mencetak ekonom cilik, tetapi tentang membentuk kebiasaan dan nilai-nilai yang akan mereka bawa hingga dewasa.
Mengajarkan konsep ekonomi dasar sejak dini bukan hanya soal angka dan uang, tetapi lebih kepada membentuk pola pikir anak dalam menghadapi kehidupan sehari-hari. Ketika anak-anak diperkenalkan pada situasi sederhana seperti memilih antara membeli permen atau menabung uang jajannya, mereka mulai belajar untuk berpikir kritis dan membuat keputusan berdasarkan pertimbangan logis. Hal ini menumbuhkan kemampuan berpikir rasional sejak usia muda. Selain itu, melalui pendidikan ekonomi, anak juga bisa menyadari bahwa kondisi sosial ekonomi tiap keluarga tidak selalu sama. Pemahaman ini membantu mereka mengembangkan empati dan kepekaan sosial terhadap teman-temannya yang mungkin berasal dari latar belakang berbeda. Tidak kalah penting, anak yang terbiasa membuat keputusan sederhana dalam konteks ekonomi, seperti menunda keinginan demi kebutuhan yang lebih penting, akan lebih siap dalam merencanakan hal-hal di masa depan. Ini menjadi fondasi penting dalam membangun sikap visioner dan kemampuan mengelola risiko dalam hidup mereka kelak.
Pendidikan ekonomi yang diterapkan sejak usia sekolah dasar juga berdampak besar pada pembentukan karakter. Anak-anak yang terbiasa berinteraksi dengan konsep ekonomi sederhana akan tumbuh menjadi pribadi yang jujur dan bertanggung jawab. Misalnya, saat mereka melakukan transaksi jual beli sederhana bersama teman, mereka belajar tentang pentingnya kejujuran dalam memberi harga dan menghitung uang. Selain itu, kegiatan-kegiatan ekonomi yang melibatkan kerja kelompok akan mengajarkan anak tentang arti kerja sama dan pembagian peran yang adil. Mereka belajar bahwa setiap orang memiliki tanggung jawab yang harus dijalankan agar tujuan bersama bisa tercapai. Di sisi lain, anak juga bisa mengembangkan kreativitasnya saat diberi ruang untuk merancang produk atau layanan sederhana yang bisa mereka tawarkan, misalnya membuat prakarya dari bahan daur ulang untuk dijual. Dengan begitu, mereka tidak hanya terlatih berpikir inovatif, tetapi juga mulai percaya diri dengan kemampuan diri mereka dalam menciptakan sesuatu yang bernilai.
Selain itu, pengenalan ekonomi sejak dini juga membantu anak memahami pentingnya menghargai hasil kerja orang lain. Ketika mereka belajar bahwa uang berasal dari usaha dan kerja keras, anak-anak akan lebih menghormati pekerjaan orang tua dan tidak mudah meminta sesuatu di luar kebutuhan. Mereka juga belajar untuk tidak menyia-nyiakan barang karena tahu bahwa segala sesuatu memiliki nilai ekonomi. Misalnya, anak bisa diajak berdiskusi tentang bagaimana makanan yang tidak habis artinya membuang uang, atau bagaimana mainan yang dirusak dengan sengaja berarti menyia-nyiakan hasil kerja seseorang.
Lebih jauh, pendidikan ekonomi sejak SD juga bisa menjadi media untuk menanamkan nilai-nilai kewirausahaan. Anak-anak bisa mulai mengenali potensi diri, mengembangkan ide, hingga merancang produk sederhana untuk dijual dalam kegiatan sekolah. Ini bukan tentang mengejar keuntungan, tetapi melatih mereka untuk berpikir solutif, kreatif, dan tangguh dalam menghadapi tantangan. Dengan cara ini, siswa tidak hanya belajar ekonomi sebagai teori, tetapi juga sebagai keterampilan hidup yang aplikatif. Berikut beberapa contoh implementasi pendidikan ekonomi yang dapat diterapkan di sekolah dasar:
1. Projek “Bank Kelas”, di mana siswa menabung setiap minggu dan mencatat simpanannya dalam buku kecil.
2. Bazar mini hasil karya siswa, seperti makanan ringan, mainan dari barang bekas, atau kerajinan tangan sederhana.
3. Simulasi jual beli di kelas menggunakan uang mainan dan peran sebagai pembeli dan penjual, untuk mengenalkan alur transaksi.
4. Kunjungan lapangan ke lingkungan sekitar, seperti pasar tradisional, warung kelontong, atau koperasi sekolah, untuk mengamati aktivitas ekonomi nyata.
5. Pembuatan jurnal keuangan mingguan, yang berisi catatan pemasukan dan pengeluaran sederhana dari uang jajan mereka.
Pendidikan ekonomi tidak harus diajarkan dengan cara yang rumit dan membingungkan. Justru, semakin sederhana pendekatannya, semakin besar kemungkinan anak akan memahami dan menerapkannya dalam kehidupan mereka. Saat anak-anak terbiasa menabung, membuat pilihan ekonomi sederhana, menghargai kerja keras, dan berpikir kritis, maka mereka sedang dipersiapkan menjadi individu yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga bijak dalam menghadapi tantangan kehidupan nyata. Oleh karena itu, pendidikan ekonomi bukan sesuatu yang bisa ditunda atau dikesampingkan. Ia perlu hadir sejak bangku sekolah dasar, sebagai bagian dari upaya menciptakan generasi yang bertanggung jawab, mandiri, dan peduli pada realitas sosial ekonomi di sekitarnya.