Ekonomi di Balik Topi Jerami: Analisis Dampak Maraknya One Piece di Indonesia

Oleh : Adinda Khumairoh, Hasna Ucca

Akhir-akhir ini, media gencar membahas aksi masyarakat dan mahasiswa di Indonesia yang memakai simbol bajak laut dari manga dan anime terkenal One Piece sebagai bentuk protes sosial. Simbol yang biasanya terkait dengan industri hiburan ini tiba-tiba hadir di ruang publik sebagai bahasa visual untuk mengekspresikan ketidakpuasan terhadap masalah-masalah seperti korupsi dan pengangguran. One Piece merupakan sebuah serial petualangan mengenai para bajak laut yang mencari harta karun dan memperlihatkan Luffy sebagai tokoh pahlawan yang istimewa. Luffy beserta teman-temannya berpetualang untuk menemukan harta legendaris One Piece yang dipercaya merupakan warisan dari Raja Bajak Laut Roger. Bendera bajak laut dari serial anime dan manga Jepang berjudul “One Piece” tersebut dikibarkan di berbagai tempat, mulai dari pagar rumah, perahu kayu, hingga mobil truk. Fenomena ini bukan hanya menarik secara budaya, tetapi juga penting untuk dianalisis dari sudut pandang ekonomi, terutama di bidang ekonomi kreatif.

Dalam teori pemasaran, cultural branding merupakan strategi yang menggunakan narasi budaya populer untuk menciptakan citra dan nilai suatu merek. One Piece, sebagai salah satu manga paling laris di dunia, memiliki ciri visual yang sangat khas logo tengkorak dengan topi jerami yang segera dikenali oleh jutaan orang. Dari sudut pandang bisnis, ini menunjukkan bahwa brand equity tidak hanya terbatas pada tujuan komersial, tetapi juga dapat memiliki nilai sosial. Kegiatan penggemar ini mendorong munculnya usaha kecil: seperti penjahit kostum cosplay, pembuat pernak-pernik resin, seniman penjual fan art, pencetak stiker, dan pembuat aksesoris. Aspek-aspek yang sebelumnya terbilang niche kini telah menjadi sumber pendapatan tetap bagi banyak pelaku ekonomi kreatif, khususnya generasi muda dan pekerja lepas. Popularitas One Piece ini dapat mendorong perdagangan merchandise sehingga banyak UMKM dan penjual daring memproduksi barang bertema, yang berdampak pada perputaran uang yang signifikan dan mampu meningkatkan konsumsi domestik serta memperluas pasar e-commerce. Platform streaming yang menampilkan One Piece mengalami peningkatan jumlah pengguna dan peluang pendapatan dari langganan banyak Youtuber dan kreator konten yang membahas teori One Piece, sehingga ini dapat memberikan pendapatan bagi mereka melalui iklan dan sponsor.

Meskipun memiliki banyak dampak positif dari sudut ekonomi tetapi juga memiliki dampak negative yakni pelanggaran hak cipta karena pasar barang bajakaan mengurangi potensi pendapatan pemegang lisensi resmi, jika popularitas once piece meredup pelaku usahaa yang bergantung total bisa kehilangan sumber penghasilan, juga jika terlalu banyak produk tematik kualitas rendah bisa menurunkan minat pasar. Dari perspektif Fakultas Ekonomi dan Bisnis, ini adalah contoh nyata bagaimana brand dan karya kreatif dapat bergerak melampaui fungsi hiburan untuk menjadi bahasa universal yang mempengaruhi opini publik. Tantangannya terletak pada bagaimana pelaku industri kreatif, pembuat kebijakan, dan masyarakat dapat mengelola potensi ini agar tetap etis, legal, dan bermanfaat bagi perkembangan ekonomi kreatif nasional.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *