Oleh : Manda Agustiyanti, Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bangka Belitung

Ekowisata bahari kini menjadi salah satu strategi pembangunan ekonomi berkelanjutan yang sangat relevan bagi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Sebagai wilayah kepulauan dengan garis pantai yang panjang, kekayaan terumbu karang, serta keanekaragaman hayati laut yang tinggi, Bangka Belitung memiliki modal besar untuk mengembangkan ekowisata bahari. Data dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menunjukkan sektor pariwisata, khususnya wisata bahari, terus tumbuh dan menjadi salah satu penyumbang devisa utama nasional. Di Bangka Belitung sendiri, destinasi seperti Pantai Parai Tenggiri, Pulau Lengkuas, dan Pulau Ketawai menjadi magnet wisatawan domestik maupun mancanegara yang ingin menikmati keindahan laut dan ekosistem bawah air yang masih alami.

Pengembangan ekowisata bahari di Bangka Belitung tidak hanya berorientasi pada peningkatan pendapatan daerah, tetapi juga menuntut adanya sinergi antara kelestarian lingkungan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir. Praktik ekowisata bahari yang baik harus melibatkan masyarakat lokal sebagai pelaku utama, mulai dari pemandu wisata, pengelola homestay, hingga pelaku usaha kuliner berbasis hasil laut. Dengan demikian, ekowisata tidak hanya menjadi sumber pendapatan alternatif bagi masyarakat yang selama ini bergantung pada pertambangan dan perikanan, tetapi juga mendorong terciptanya lapangan kerja baru yang ramah lingkungan. Keterlibatan masyarakat lokal dalam pengelolaan ekowisata juga meningkatkan kesadaran kolektif akan pentingnya menjaga ekosistem laut, seperti terumbu karang dan mangrove, dari ancaman kerusakan akibat aktivitas manusia.

Namun, pengembangan ekowisata bahari di Bangka Belitung masih menghadapi sejumlah tantangan. Salah satunya adalah ancaman kerusakan lingkungan akibat aktivitas pertambangan timah yang masih marak di wilayah pesisir dan laut. Sedimentasi dan pencemaran laut akibat tambang timah dapat menurunkan kualitas ekosistem pesisir, yang pada akhirnya berdampak pada daya tarik wisata bahari. Selain itu, infrastruktur pendukung seperti dermaga, transportasi laut, dan fasilitas sanitasi di beberapa destinasi wisata masih perlu ditingkatkan agar dapat memberikan pengalaman yang aman dan nyaman bagi wisatawan. Oleh karena itu, sinergi antara pemerintah daerah, pelaku usaha, masyarakat, dan lembaga swadaya masyarakat sangat diperlukan untuk memastikan bahwa pengembangan ekowisata bahari berjalan secara terintegrasi dan berkelanjutan.

Ekowisata bahari di Bangka Belitung dapat menjadi model ekonomi biru yang mengutamakan keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan pelestarian lingkungan. Inovasi seperti digitalisasi promosi wisata, pelatihan pemandu wisata berbasis konservasi, serta pengembangan produk ekonomi kreatif berbasis budaya lokal dapat memperkuat daya saing ekowisata Bangka Belitung di tingkat nasional maupun global. Komitmen bersama untuk menjaga kelestarian laut dan memberdayakan masyarakat pesisir membuat Bangka Belitung berpotensi besar menjadi destinasi utama ekowisata bahari Indonesia sekaligus contoh sukses sinergi ekonomi biru yang berkelanjutan. Dalam konteks ini, peran generasi muda sangat penting, terutama dalam pengembangan UMKM yang menjadi tulang punggung perekonomian nasional, termasuk di Bangka Belitung. Dengan memanfaatkan teknologi digital, generasi muda mampu memperluas jangkauan pasar, meningkatkan efisiensi produksi, serta menciptakan produk-produk baru yang sesuai dengan kebutuhan konsumen masa kini. Hal ini berkontribusi langsung pada peningkatan pendapatan masyarakat, penciptaan lapangan kerja, dan pertumbuhan ekonomi daerah yang lebih inklusif.

Di sisi lain, generasi muda juga memiliki peran penting dalam menarik investasi, baik dari dalam maupun luar negeri, ke sektor-sektor ekonomi baru. Melalui ide-ide segar dan kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap perubahan pasar global, mereka mampu menciptakan ekosistem bisnis yang dinamis dan kompetitif. Startup yang didirikan oleh anak muda tidak hanya memberikan solusi inovatif bagi berbagai permasalahan ekonomi, tetapi juga menjadi magnet bagi investor yang ingin menanamkan modal di sektor teknologi, ekonomi kreatif, dan industri digital. Kehadiran investasi ini tidak hanya memperkuat struktur ekonomi nasional, tetapi juga mendorong transfer pengetahuan dan teknologi yang sangat dibutuhkan untuk menghadapi tantangan ekonomi global. Selain itu, generasi muda di era ekonomi baru diharapkan mampu menjadi agen perubahan dalam mendorong transformasi ekonomi menuju ekonomi hijau dan berkelanjutan. Kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan serta penerapan prinsip ekonomi sirkular semakin tumbuh di kalangan anak muda. Mereka mulai mengembangkan usaha-usaha yang ramah lingkungan, seperti bisnis daur ulang, energi terbarukan, serta produk-produk berbasis ekonomi kreatif yang minim limbah. Dengan demikian, generasi muda tidak hanya berperan sebagai penggerak ekonomi, tetapi juga sebagai penjaga keberlanjutan sumber daya alam untuk generasi mendatang, sekaligus memastikan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berwawasan lingkungan.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *