MEMBANGUN GENERASI BERIMAN DI TENGAH TANTANGAN TEKNOLOGI MELALUI MATERI PAI DI SEKOLAH

Disusun oleh : Risa Alawiyah, Universitas Pendidikan Indonesia

Di era digital saat ini, perkembangan teknologi berlangsung dengan sangat pesat dan membawa dampak besar pada hampir semua aspek kehidupan, termasuk dalam dunia pendidikan. Perubahan ini terlihat dari berbagai masalah yang muncul dalam penyelenggaraan pendidikan, seperti kesenjangan akses teknologi, adaptasi metode pengajaran, hingga kekhawatiran tentang pengaruh negatif teknologi pada siswa. Namun, di sisi lain, teknologi juga memberikan beragam kemudahan yang signifikan, khususnya dalam hal aksesibilitas terhadap sumber-sumber belajar dan pengetahuan yang sebelumnya sulit dijangkau. Dengan teknologi, siswa dapat dengan cepat memperoleh informasi, belajar secara mandiri, bahkan menyelesaikan tugas-tugas dengan lebih efisien. Kemajuan teknologi ini tidak hanya mempermudah proses belajar mengajar, tetapi juga membuka peluang untuk pengembangan kreativitas, kolaborasi, dan pemahaman lintas disiplin. Siswa dapat mengakses berbagai platform pembelajaran online, video pembelajaran, serta diskusi global yang membantu mereka memperluas wawasan dan pengetahuan. Dengan demikian, teknologi mampu menjadi alat yang efektif untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan mempersiapkan siswa menghadapi tantangan masa depan.

Namun, di balik segala kemudahan tersebut, teknologi juga membawa tantangan besar, terutama dalam menjaga nilai-nilai keimanan dan akhlak generasi muda. Paparan terhadap konten-konten negatif dan nilai-nilai yang bertentangan dengan ajaran agama menjadi ancaman serius bagi perkembangan karakter siswa. Di sinilah pentingnya Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah yang berfungsi sebagai fondasi utama dalam membangun karakter beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia di tengah derasnya arus informasi. PAI berperan penting dalam membantu siswa memahami cara menghadapi teknologi dengan bijak, menyaring informasi yang diterima, dan menggunakan teknologi sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah serta menebar manfaat kepada sesama.

Pendidikan agama harus terus beradaptasi dengan perkembangan zaman, termasuk mengintegrasikan teknologi dalam proses pengajaran. Melalui PAI yang dinamis dan kontekstual, siswa diharapkan tidak hanya mampu memanfaatkan teknologi untuk keperluan akademis, tetapi juga sebagai alat yang memperkuat iman dan akhlak mereka. Kolaborasi antara guru, sekolah, dan orang tua dalam membentuk lingkungan pendidikan yang mendukung juga menjadi faktor kunci dalam memastikan bahwa siswa tidak kehilangan jati diri mereka di era digital ini. Dengan bimbingan yang tepat, generasi muda dapat tumbuh menjadi individu yang kuat dalam keimanan, cerdas dalam menggunakan teknologi, dan siap menghadapi tantangan masa depan tanpa kehilangan nilai-nilai luhur agama yang menjadi pedoman hidup mereka.

Tantangan Teknologi terhadap Keimanan Generasi Muda

Teknologi bukan hanya memengaruhi cara belajar siswa, tetapi juga membawa dampak terhadap cara berpikir, bertindak, dan berinteraksi mereka. Media sosial, game online, hingga berbagai konten digital lainnya kerap kali menyuguhkan informasi yang dapat memengaruhi keimanan dan akhlak siswa jika tidak diiringi dengan pemahaman agama yang kuat. Tidak jarang, generasi muda terpapar konten negatif, seperti kekerasan, pornografi, serta ideologi yang menyimpang dari ajaran agama. Hal ini berpotensi menurunkan kualitas keimanan mereka jika tidak diimbangi dengan penguatan spiritual melalui pendidikan agama. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Badan Standarisasi Nasional menunjukkan bahwa sebagian besar siswa di Indonesia menghabiskan waktu rata-rata 3 jam 14 menit sehari untuk berselancar di internet. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa akses terhadap konten yang tidak sesuai dengan ajaran agama cukup mudah didapat, terutama bagi siswa yang tidak memiliki kontrol atau filter yang kuat dalam menggunakan teknologi.

Peran Materi PAI dalam Mengatasi Tantangan Teknologi

Dalam konteks ini, materi PAI di sekolah memiliki peran krusial dalam membentengi siswa dari dampak negatif teknologi sekaligus memanfaatkan teknologi sebagai sarana untuk memperkuat keimanan. Melalui materi PAI, siswa diajarkan untuk memahami esensi keimanan dan akhlak mulia, yang kemudian diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam dunia digital. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan mengintegrasikan materi PAI dengan fenomena digital saat ini. Misalnya, ketika membahas tentang nilai kejujuran, guru dapat mengaitkannya dengan fenomena hoaks di media sosial, di mana siswa diajarkan untuk memeriksa kebenaran setiap informasi sebelum membagikannya. Begitu pula dengan pembelajaran tentang tanggung jawab, dapat dihubungkan dengan etika dalam penggunaan media sosial, seperti menjaga privasi dan menghormati orang lain di dunia maya.

Lebih dari itu, materi PAI juga harus menanamkan kesadaran spiritual yang kuat agar siswa mampu menghadapi gempuran konten digital yang tidak sesuai dengan nilai-nilai agama. Pengajaran tentang rukun iman, rukun Islam, serta akhlak mulia harus terus diperkuat. Dengan demikian, siswa memiliki landasan moral dan spiritual yang kokoh, sehingga mereka mampu menyaring konten-konten digital yang mereka konsumsi.

Fakta di Lapangan :

 Upaya Sekolah dalam Mengintegrasikan PAI dan Teknologi

Sejumlah sekolah telah mulai menerapkan strategi pengajaran yang mengintegrasikan PAI dengan teknologi. Salah satu contoh adalah penggunaan aplikasi Al-Qur’an digital yang diintegrasikan dalam pembelajaran tahfidz dan tahsin. Melalui aplikasi ini, siswa dapat membaca Al-Qur’an dengan tartil dan benar meskipun tidak membawa mushaf fisik ke sekolah. Selain itu, beberapa sekolah juga memanfaatkan platform pembelajaran daring untuk menyampaikan materi-materi PAI secara interaktif. Hal ini menunjukkan bahwa teknologi dapat menjadi alat yang positif jika digunakan dengan bijak.

Namun, tantangan masih tetap ada. Berdasarkan wawancara dengan beberapa guru PAI di lapangan, salah satu kendala utama yang mereka hadapi adalah kurangnya pemahaman siswa tentang batasan-batasan dalam menggunakan teknologi. Banyak siswa yang masih kesulitan untuk mengontrol diri dalam menggunakan media sosial atau game online sehingga berdampak pada menurunnya motivasi belajar dan kualitas keimanan mereka. Hal ini menjadi tugas besar bagi guru PAI untuk tidak hanya memberikan materi agama, tetapi juga membimbing siswa dalam menerapkan nilai-nilai agama di dunia digital.

Pentingnya Kolaborasi Guru, Orang Tua, dan Teknologi

Membangun generasi beriman di era teknologi memerlukan kolaborasi yang kuat antara guru, orang tua, dan teknologi itu sendiri. Guru PAI harus kreatif dalam menyampaikan materi yang relevan dengan kehidupan siswa di era digital. Orang tua, di sisi lain, juga harus berperan aktif dalam memantau penggunaan teknologi di rumah, serta memberikan contoh teladan dalam menjalankan nilai-nilai agama. Teknologi, jika digunakan dengan bijak, dapat menjadi alat yang efektif dalam memperkuat keimanan siswa.

Fakta di lapangan menunjukkan bahwa sekolah-sekolah yang berhasil mengintegrasikan PAI dengan teknologi cenderung memiliki siswa yang lebih baik dalam mengontrol penggunaan teknologi. Siswa-siswa ini juga lebih aktif dalam kegiatan keagamaan di sekolah, seperti kajian keislaman, tahfidz, kegiatan ekstrakurikuler rohis dan kegiatan sosial. Ini membuktikan bahwa materi PAI yang disampaikan dengan cara yang relevan dan kontekstual dapat menjadi benteng yang kuat bagi siswa dalam menghadapi tantangan teknologi.

Kesimpulan

Membangun generasi yang beriman di tengah derasnya arus teknologi memang merupakan tantangan besar, namun bukanlah sesuatu yang mustahil. Tantangan ini bisa dihadapi dengan sukses jika pendidikan agama Islam (PAI) di sekolah mampu beradaptasi dengan perubahan zaman. Materi ajar PAI perlu terus diperbarui agar tetap relevan dan sesuai dengan kondisi kehidupan siswa di era digital yang serba cepat. Tidak hanya tentang memperkuat keimanan secara personal, pendidikan agama juga harus mampu mengarahkan siswa untuk menggunakan teknologi sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah, memperdalam pemahaman spiritual, serta berkontribusi positif di tengah masyarakat. Teknologi yang digunakan dengan bijak bisa menjadi alat untuk menyebarkan nilai-nilai kebaikan dan meningkatkan kesadaran religius.

Dalam hal ini, peran guru sangat penting sebagai pembimbing yang mampu mengintegrasikan materi ajar dengan perkembangan teknologi. Orang tua pun perlu berperan aktif dengan memberikan pengawasan dan dukungan dalam penggunaan teknologi yang sejalan dengan nilai-nilai Islam. Kolaborasi antara guru, orang tua, dan teknologi akan menjadi kunci utama dalam membentuk generasi yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia. Dengan pendekatan yang holistik, generasi muda dapat tumbuh menjadi individu yang tidak hanya kuat dalam keimanan, tetapi juga cerdas dalam memanfaatkan teknologi untuk tujuan yang mulia.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *