Oleh : Ni Putu Mira Pangestu Narotama, prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Pendidikan Ganesha
Coba perhatikan, berapa banyak anak-anak sekarang yang sudah pintar meminta smartphone baru, atau merengek minta dibelikan mainan mahal hanya karena melihatnya di YouTube? Di sisi lain, tak sedikit pula yang bingung ketika diajak bicara soal menabung atau pentingnya mengatur uang jajan. Fenomena ini menunjukkan betapa besar pengaruh dunia konsumsi terhadap anak, sementara bekal pengetahuan mereka tentang ekonomi masih minim. Inilah alasan utama mengapa pendidikan ekonomi harus dikenalkan sejak anak duduk di bangku Sekolah Dasar (SD).
Saya meyakini bahwa pendidikan ekonomi sejak dini adalah kebutuhan mendesak, bukan sekedar tambahan pelajaran. Jika kita ingin menyiapkan generasi yang cerdas finansial, disiplin, dan bijak dalam menggunakan sumber daya, maka pengenalan konsep ekonomi harus dimulai dari usia sekolah dasar. Dengan begitu, anak-anak tumbuh bukan hanya sebagai konsumen, tetapi juga sebagai individu yang paham cara mengelola uang, merencanakan masa depan, dan menghargai proses ekonomi yang ada di sekitar mereka.
Mengapa Pendidikan Ekonomi Sejak Dini Penting? Anak-anak SD berada dalam fase emas perkembangan kognitif dan karakter. Inilah waktu terbaik untuk menanamkan konsep dasar seperti perbedaan antara kebutuhan dan keinginan, pentingnya menabung, serta proses jual beli. Jika mereka tidak diajari sejak dini, mereka akan tumbuh menjadi remaja dan dewasa yang mudah tergoda budaya konsumtif, tanpa bekal literasi finansial yang memadai. Bayangkan jika sejak kecil anak sudah terbiasa menabung sebagian uang jajannya. Ini bukan hanya soal mengumpulkan uang, melainkan juga proses belajar tentang kesabaran, perencanaan, dan pengendalian diri. Anak yang paham konsep ini cenderung lebih bijak dalam menggunakan uang, mampu menunda kepuasan sesaat demi tujuan yang lebih besar, dan lebih siap menghadapi dunia yang menuntut keputusan-keputusan ekonomi di masa depan.
Menurut saya, pendidikan Ekonomi bisa membentuk karakter positif. Lebih dari sekadar hitung-hitungan uang, pendidikan ekonomi membentuk karakter anak menjadi lebih disiplin, tanggung jawab, dan empati. Disiplin terbentuk ketika anak-anak mengikuti kegiatan menabung rutin atau belajar mengelola uang jajan. Mereka belajar bahwa setiap keputusan, sekecil apa pun, membawa konsekuensi.
Tanggung jawab muncul saat anak diajak terlibat dalam proyek-proyek ekonomi sederhana, seperti mini market kelas atau simulasi jual beli. Mereka belajar mengelola modal, melayani pembeli, bahkan menghitung untung dan rugi. Ini membentuk sikap teliti, jujur, dan kreatif dalam memecahkan masalah. Yang tak kalah penting, pendidikan ekonomi juga menumbuhkan empati sosial. Saat anak belajar bahwa barang yang mereka beli berasal dari kerja keras petani, nelayan, dan pedagang, mereka akan lebih menghargai proses dan profesi orang lain. Mereka juga lebih peduli untuk menggunakan barang secara bijak, sehingga tidak boros dan tidak merusak lingkungan.
Mengajarkan ekonomi kepada anak SD tidak harus membosankan. Banyak cara kreatif yang bisa diterapkan di kelas. Misalnya, projek mini market di mana anak-anak berperan sebagai penjual dan pembeli. Dengan cara ini, mereka mengalami langsung proses jual beli, belajar menghitung uang, dan memahami konsep laba. Simulasi jual beli dengan alat peraga uang mainan juga bisa menjadi media belajar yang seru. Anak-anak belajar memberi kembalian, menentukan harga, dan mengelola stok barang. Mereka juga bisa diajak menabung bersama di kelas, di mana hasil tabungan digunakan untuk kegiatan kelas, seperti piknik atau membeli alat belajar.
Kunjungan ke pasar tradisional atau koperasi sekolah juga sangat bermanfaat. Anak-anak bisa belajar langsung bagaimana proses perdagangan terjadi, bagaimana harga ditentukan, dan siapa saja yang terlibat dalam aktivitas ekonomi itu. Ini akan membuka wawasan mereka bahwa ekonomi bukan hal yang jauh, melainkan bagian dari kehidupan sehari-hari. Jika kita ingin anak-anak Indonesia tumbuh menjadi generasi yang tidak hanya konsumtif, tetapi juga bijak secara finansial, maka pendidikan ekonomi sejak SD harus menjadi prioritas. Ini bukan soal menambah beban pelajaran, tetapi tentang menyiapkan bekal hidup yang akan mereka gunakan sepanjang hayat.
Sudah saatnya kita berhenti menganggap literasi ekonomi sebagai pelajaran untuk orang dewasa saja. Justru dari usia dini, anak-anak harus dikenalkan dengan konsep uang, nilai usaha, dan pentingnya perencanaan keuangan. Dengan demikian, mereka tumbuh menjadi generasi yang bukan hanya pandai membelanjakan, tetapi juga cerdas mengelola, menghargai, dan merencanakan masa depan ekonomi mereka sendiri. Mari kita mulai dari ruang kelas SD, menanamkan bibit-bibit literasi ekonomi yang akan tumbuh menjadi pohon karakter yang kuat dan bermanfaat di masa depan.