Dhea Agustina, SKM mahasiswa S2 Program Studi Magister Manajemen pada Sekolah Pascasarjana Universitas Lancang Kuning (Unilak), mengangkat isu strategis terkait pengelolaan kinerja dalam organisasi modern. Di bawah bimbingan Dr. Richa Afriana Munthe, S.E., M.M. dan Dr. Imran Al Ucok Nasution, S.T., M.M., Dhea menyoroti pentingnya sistem performance management dan appraisal yang tidak hanya bersifat administratif, tetapi juga mampu mendorong pengembangan kompetensi dan motivasi karyawan secara berkelanjutan. Dalam era globalisasi dan digitalisasi, organisasi dituntut untuk lebih adaptif dan kolaboratif dalam mengelola sumber daya manusianya.
Permasalahan yang sering dihadapi dalam implementasi sistem ini mencakup: (1) penilaian kinerja yang hanya menjadi formalitas tahunan tanpa tindak lanjut, (2) kurangnya keterlibatan aktif antara atasan dan bawahan dalam proses pengembangan kinerja, (3) persepsi subjektivitas dalam penilaian yang menimbulkan ketidakpuasan, serta (4) minimnya pelatihan bagi manajer lini pertama dalam memberikan umpan balik yang adil dan konstruktif. Keempat tantangan ini berdampak langsung pada motivasi kerja, kepercayaan antar tim, dan efektivitas organisasi secara keseluruhan.
Untuk menjawab tantangan tersebut, Dhea mengusulkan pendekatan berbasis Goal-Setting Theory (Locke & Latham), yang menekankan bahwa kinerja akan meningkat jika individu memiliki tujuan yang spesifik, menantang, dan disertai umpan balik yang konsisten. Selain itu, pendekatan 360-degree feedback juga relevan karena melibatkan penilaian dari berbagai pihak—atasan, rekan sejawat, dan bawahan—sehingga menciptakan evaluasi yang lebih objektif dan menyeluruh. Integrasi antara teori motivasi dan manajemen kinerja ini menjadi fondasi penting dalam membangun sistem yang adil dan berorientasi pada pengembangan.
Sebagai solusi profesional, Dhea mengusulkan beberapa langkah konkret: (1) Penerapan sistem performance management berbasis digital yang terintegrasi dengan modul perencanaan kinerja, monitoring, pelatihan, dan penghargaan secara real-time. (2) Pelatihan khusus bagi supervisor dan manajer mengenai teknik memberikan umpan balik yang objektif, membangun, dan berorientasi pada solusi. (3) Penguatan budaya coaching melalui sesi umpan balik berkala yang bersifat dua arah, bukan hanya evaluatif tetapi juga pengembangan. (4) Implementasi 360-degree feedback secara bertahap untuk membangun transparansi, akuntabilitas, dan kepercayaan dalam proses penilaian.
Pendapat profesional Dhea Agustina ini mendapatkan tanggapan dari Dr. Chandra Bagus, S.T., M.M., seorang praktisi manajemen dan engineering. Menurutnya, kombinasi antara Goal-Setting Theory dan 360-degree feedback merupakan pendekatan yang sangat relevan dalam membangun sistem manajemen kinerja yang modern dan partisipatif. Goal-Setting Theory dikategorikan sebagai Applied Theory karena langsung memengaruhi perilaku kerja individu, sementara 360-degree feedback merupakan metode praktis yang mendukung prinsip keadilan dan pengembangan berkelanjutan.
Sebagai penguatan solusi, Dr. Chandra Bagus mengusulkan pembentukan Performance Dialogue Forum, yaitu ruang diskusi rutin antara manajer dan tim untuk membahas pencapaian, hambatan, dan rencana pengembangan secara terbuka. Forum ini tidak hanya memperkuat komunikasi, tetapi juga membangun budaya kerja yang reflektif, adaptif, dan berorientasi pada hasil.