Penemuan Ladang Ganja Di Area Kawasan Gunung Bromo: Merusak Nama Baik Kawasan Wisata Di Indonesia

Oleh : Josua Kristoforus Nababan, Ilmu Komunikasi, Universitas Negeri Yogyakarta

Penemuan ladang ganja di kawasan Gunung Bromo yang merupakan bagian dari Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), menunjukkan adanya masalah serius dalam pengawasan kawasan wisata dan konservasi alam. Kawasan Gunung Bromo yang seharusnya menjadi ikon wisata alam Indonesia dengan pesona alam yang luar biasa kini menjadi tempat yang digunakan untuk kegiatan ilegal, yaitu penanaman ganja. Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BBTNBTS) mengungkap bahwa lahan konservasi yang digunakan untuk menanam ganja di lereng Gunung Semeru mencapai 0,6 hektar atau 6.000 meter persegi. Ladang ilegal ini tersebar di 59 titik berbeda di Dusun Pusung Duwur, Desa Argosari, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Aktivitas ini tidak hanya melanggar hukum, tetapi juga berisiko besar terhadap dampak sosial, lingkungan, dan citra pariwisata Indonesia.

Dampak Hukum dan Sosial

Aparat penegak hukum diminta untuk menyelidiki tanpa henti terkait adanya penemuan ladang ganja di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) beberapa waktu lalu. Permintaan itu diungkapkan Ketua DPR RI Dr. (H.C.) Puan Maharani merespons adanya temuan ladang ganja seluas 6.000 meter persegi di kawasan konservasi TNBTS. Menurut Puan, penanaman salah satu jenis narkotika di kawasan konservasi itu seharusnya tidak boleh terjadi. “Terkait dengan hal itu (temuan ganja), karena memang ini baru ditemukan harusnya hal itu tidak boleh terjadi,” kata Puan dalam keterangannya di Jakarta, Kamis, 20 Maret 2025.
Penanaman ganja adalah tindak pidana karena ganja termasuk dalam kategori narkotika terlarang di Indonesia. Dengan ditemukan ladang ganja di kawasan TNBTS, hal ini menunjukkan bahwa ada pihak yang memanfaatkan daerah yang seharusnya dilindungi untuk kegiatan ilegal. Keberadaan ladang ganja ini bisa memperburuk peredaran narkoba di masyarakat, mengingat gunung Bromo dan kawasan sekitarnya banyak dikunjungi oleh wisatawan dari dalam dan luar negeri. Ini bisa membuat daerah yang awalnya aman dan damai justru menjadi tempat peredaran barang haram yang sangat merugikan banyak pihak terutama generasi muda yang rentan terhadap pengaruh buruk peredaran narkotika.

Selain itu, praktik penanaman ganja ini bisa menjadi masalah sosial yang lebih besar karena masyarakat lokal yang terlibat dalam kegiatan tersebut mungkin tidak sepenuhnya memahami dampak jangka panjangnya. Mereka mungkin terpaksa melakukannya karena alasan ekonomi atau karena terbatasnya pilihan pendapatan lain. Dalam jangka panjang, hal ini dapat memperburuk ketergantungan pada kegiatan ilegal yang merugikan bukan hanya individu, tetapi juga komunitas dan negara secara keseluruhan.

Dampak Lingkungan 

Penanaman ganja di kawasan konservasi seperti Gunung Bromo juga menimbulkan dampak yang sangat merusak bagi lingkungan. Aktivitas pertanian ilegal ini seringkali tidak mengikuti prinsip keberlanjutan, yang dapat merusak ekosistem alami. Tanah yang digunakan untuk menanam ganja bisa jadi tidak dikelola dengan baik, mengakibatkan kerusakan pada struktur tanah dan mengurangi kualitas air di sekitar kawasan tersebut. Selain itu, penggunaan pestisida atau bahan kimia lain yang tidak terkontrol dalam proses penanaman ganja dapat mencemari sumber daya alam yang sangat vital.

Ada cerita tentang kerusakan ekosistem di sekitar lokasi penanaman ganja di kawasan konservasi Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Cerita itu terungkap dalam kesaksian polisi hutan dalam persidangan kasus ladang ganja di Pengadilan Negeri Lumajang, Selasa, 11 Maret 2025. Penanaman ganja di kawasan yang seharusnya dilindungi juga berisiko mengancam keanekaragaman hayati. Kawasan TNBTS adalah rumah bagi berbagai spesies flora dan fauna yang sangat penting untuk kelangsungan ekosistem di wilayah tersebut. Jika kegiatan ilegal ini dibiarkan, maka keanekaragaman hayati yang ada bisa terancam, yang pada akhirnya berdampak pada keseimbangan alam dan daya tarik wisata.

Tindakan dan Solusi

Untuk mengatasi masalah ini, langkah-langkah yang lebih tegas dan terkoordinasi dari pemerintah dan aparat penegak hukum sangat diperlukan. Pihak berwenang harus memperkuat pengawasan di kawasan rawan seperti Gunung Bromo, dengan melibatkan masyarakat lokal dalam upaya pelestarian dan pengawasan agar mereka dapat ikut serta menjaga kawasan tersebut dari penyalahgunaan. Selain itu, penting bagi pemerintah untuk memberikan alternatif pendapatan yang lebih berkelanjutan bagi masyarakat sekitar, seperti mengembangkan sektor pariwisata atau pertanian ramah lingkungan, agar mereka tidak bergantung pada kegiatan ilegal.

Dengan penanganan yang serius dan kerja sama dari berbagai pihak, kawasan Gunung Bromo dapat kembali menjadi tempat yang aman dan lestari, yang tidak hanya memberikan manfaat ekonomi melalui pariwisata, tetapi juga menjaga kelestarian alam untuk generasi mendatang.

Refrensi :

1.     https://www.kompas.com/jawa-timur/read/2025/03/19/085312588/6000-meter-persegi-lahan-konservasi-gunung-semeru-ditumbuhi-ganja

2.     https://www.harianterbit.com/megapolitan/27414809715/aparat-diminta-selidiki-temuan-ganja-di-lahan-konservasi-tnbts?utm

3.     https://www.tempo.co/lingkungan/sidang-ladang-ganja-di-taman-nasional-bromo-tengger-semeru-saksi-ada-kerusakan-ekosistem–1219198

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *