Oleh : Ni Komang Putri Leony, Bimbingan dan Konseling, Universitas Pendidikan Ganesha
Generasi milenial, yang lahir antara awal 1980-an dan pertengahan 2000-an, menghadapi tantangan yang unik di era digital ini. Di tengah kemajuan teknologi dan akses informasi yang melimpah, mereka sering kali merasa kewalahan dengan tekanan sosial dan ekspektasi masyarakat yang tinggi. Media sosial, yang menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, turut memperburuk situasi ini dengan memunculkan standar-standar kehidupan yang tidak realistis. Akibatnya, banyak milenial merasa tertekan untuk mencapai keberhasilan seperti yang mereka lihat di dunia maya, yang sering kali merupakan representasi yang disaring dan diidealisasikan. Dalam konteks ini, teknik modelling, yang merupakan metode pembelajaran melalui pengamatan dan peniruan perilaku orang lain, dirasa dapat memberikan solusi yang efektif untuk membantu milenial menemukan model positif dan mengembangkan perilaku yang diinginkan
Teknik modelling didasarkan pada teori pembelajaran sosial yang dikembangkan oleh Albert Bandura. Teori ini menekankan bahwa manusia dapat belajar dari lingkungan sosial mereka melalui sebuah pengamatan. Dalam prakteknya, teknik modelling melibatkan identifikasi role model yang memiliki karakteristik positif dan perilaku yang diinginkan. Role model ini kemudian menjadi contoh yang dapat diikuti oleh individu yang ingin mengembangkan perilaku serupa. Teknik ini sangat relevan untuk generasi milenial yang sering mencari inspirasi dan bimbingan dalam perjalanan hidup mereka. Dalam penerapan teknik modelling, langkah pertama yang penting adalah mengidentifikasi role model yang tepat. Role model ini bisa berupa tokoh publik, mentor profesional, atau teman sebaya yang memiliki sifat dan perilaku yang diinginkan untuk dicontoh. Penting untuk memilih role model yang tidak hanya sukses secara profesional tetapi juga menunjukkan integritas, empati, dan keseimbangan hidup yang sehat. Generasi milenial dapat mengamati cara mereka berkomunikasi, mengatasi masalah, dan mencapai keseimbangan antara kehidupan pribadi dan profesional. Misalnya, seorang milenial yang ingin meningkatkan keterampilan manajemen waktunya dapat meniru kebiasaan kerja dari seorang manajer yang dihormati. Pengamatan dan peniruan ini tidak hanya terbatas pada perilaku eksternal, tetapi juga mencakup nilai-nilai inti seperti integritas, empati, dan komitmen terhadap pekerjaan. Dengan meniru perilaku role model ini, milenial dapat mengembangkan kebiasaan yang mendukung kesejahteraan mental dan fisik mereka.
Teknik modelling juga dapat membantu milenial dalam membentuk identitas diri yang kuat. Di tengah gempuran informasi dan pengaruh dari berbagai sumber, milenial sering kali mengalami kebingungan dalam menentukan siapa mereka sebenarnya dan apa yang mereka inginkan dalam hidup. Dengan memiliki role model yang jelas, milenial dapat mendapatkan panduan tentang bagaimana cara menghadapi situasi yang kompleks, membuat keputusan yang bijak, dan mengejar tujuan yang berarti. Role model yang positif dapat memberikan contoh nyata tentang bagaimana cara hidup yang autentik dan bermakna, yang sangat penting dalam membangun rasa percaya diri dan harga diri. Namun, penting untuk diingat bahwa teknik modelling bukanlah tentang meniru secara buta. Milenial perlu merenungkan apakah perilaku yang mereka tiru sesuai dengan nilai dan tujuan pribadi mereka. Jika tidak, mereka perlu menyesuaikan dan mencari aspek lain yang lebih relevan. Misalnya, seorang milenial yang mengagumi disiplin kerja seorang atlet profesional mungkin tidak perlu meniru semua aspek kehidupannya, tetapi dapat mengambil inspirasi dari dedikasi dan kerja kerasnya. Proses ini memerlukan refleksi dan penyesuaian yang terus-menerus, karena setiap individu memiliki konteks dan kebutuhan yang berbeda.
Proses belajar ini juga bisa diperkuat dengan mencari umpan balik dari mentor atau teman sebaya. Umpan balik ini membantu milenial untuk terus mengembangkan diri dan memperbaiki area yang masih perlu ditingkatkan. Misalnya, seorang milenial yang ingin meningkatkan keterampilan komunikasi interpersonalnya dapat meminta umpan balik dari rekan kerja atau supervisor tentang bagaimana caranya berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Dengan demikian, mereka dapat mendapatkan perspektif yang lebih objektif dan konstruktif tentang bagaimana cara meningkatkan diri. Namun, tantangan dalam teknik modelling adalah menemukan role model yang tepat dan autentik. Dalam dunia yang dipenuhi dengan figur publik dan influencer, tidak semua role model yang terlihat sukses di permukaan benar-benar memiliki nilai-nilai yang positif. Oleh karena itu, milenial perlu bijak dalam memilih siapa yang akan mereka tiru. Mereka perlu mencari role model yang tidak hanya memiliki pencapaian yang luar biasa tetapi juga menunjukkan karakter yang baik, integritas, dan komitmen terhadap nilai-nilai positif.
Pada akhirnya, teknik modelling adalah alat yang sangat kuat untuk membantu generasi milenial mengatasi tantangan unik mereka dan mencapai potensi penuh mereka. Dengan mengidentifikasi dan meniru role model yang positif, milenial dapat mengembangkan perilaku yang mendukung kesehatan mental, keseimbangan hidup, dan kesuksesan profesional. Implementasi teknik ini membutuhkan kesadaran, refleksi, dan penyesuaian yang terus-menerus, tetapi hasilnya bisa sangat berdampak. Generasi milenial memiliki kekuatan dan potensi yang luar biasa, dan dengan bimbingan role model yang tepat, mereka dapat mencapai hal-hal yang luar biasa dalam kehidupan pribadi dan profesional mereka. Teknik modelling, dengan segala manfaatnya, menawarkan jalan yang jelas menuju pengembangan diri yang berkelanjutan dan pencapaian tujuan hidup yang berarti.