Oleh: Ni Wayan Mulyaningsih, Program Studi Bimbingan Dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Ganesha
Hingga saat ini indonesia masih berjuang untuk mengatasi masalah mengenai persoalan pemerataan pendidikan. Yang dimana salah satunya mengenai tingginya angka putus sekolah, yang dimana merupakan salah satu ancaman bagi perkembangan berkelanjutan serta target indonesia emas pada tahun 2045. Data Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa Juni 2023 angka putus sekolah pada anak SD mencapai 0,13 persen, SMP mencapai 1,06 persen serta SMA mencapai 1,38 persen (Kompas.com, 26/6/2023). Dilihat pada angka anak yang mengalami putus sekolah sangatlah tinggi, pada tingkat provinsi serta kabupaten yang menunjukkan anak-anak dengan kelompok tertentu yang terkena dampak seperti hal tersebut yang berasal dari keluarga yang kurang mampu sehingga tidak dapat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya. Sebagian anak menyatakan tidak bersekolah yang dimana dikarenakan masalah biaya, dan beberapa anak juga menyatakan ingin membantu orang tua dengan bekerja. Mereka yang tidak dapat melanjutkan pendidikannya sebagian besar berijazah terakhir di sekolah dasar maupun yang tidak memiliki ijazah, meskipun demikian ternyata masih banyak yang menyekolahkan anaknya ke jenjang yang lebih tinggi. Adapula beberapa kalangan dari masyarakat berpendapat yang menilai bahwa sekolah itu tidak lagi menarik bahkan tidak begitu penting, sehingga sangat sering terdengar kata untuk apa sekolah. Putus sekolah adalah permasalahan yang memerlukan kerja sama atau berkolaborasi dari segala pihak, khususnya pada guru yang dimana sebagai garda terdepan, selain itu sangat penting juga mengenai partisipasi dari kalangan masyarakat mengenai pendidikan sangat penting bagi anak demi terwujudnya generasi emas pada tahun 2045.
Dari pemaparan diatas sangat jelas mengenai pemerataan pendidikan masih menjadi salah satu isu yang dihadapi negara indonesia sampai saat ini. Masalah hal tersebut tidak hanya berdampak pada seseorang atau individu yang terlibat, melainkan juga menjadi ancaman terhadap perkembangan bangsa dalam mencapai terget Indonesia Emas 2045. Dilansir dari Badan Pusat Statistik yang menunjukkan angka putus sekolah yang meskipun angka-angka tersebut terlihat kecil, namun dampaknya sangat signifikan jika dilihat ke dalam jumlah anak yang kehilangan kesempatan dalam melanjutkan pendidikannya. Dari hal tersebut dapat diketahui penyebab utama dari tingginya angka putus sekolah yakni sebagai berikut:
1. Prasejahtera (kemiskinan) serta Keterbatasan Biaya; salah satu yang menyebabkan angka tinggi dari putus sekolah serta tidak terlepas dari faktor ekonomi. Anak-anak dengan latar belakang keluarga yang tidak mampu sering kali harus terpaksa meninggalkan bangku sekolah karena dana dari orang tua tidak cukup untuk membayar biaya pendidikan, meskipun pemerintah mengupayakan program Kartu Indonesia Pintar (KIP). Masalah ini semakin diperparah dengan biaya tambahan lainnya seperti biaya transportasi, seragam, buku, serta kebutuhan lainnya yang masih menjadi beban bagi banyak keluarga.
2. Kurang Kesadaran Akan Pentingnya Pendidikan; sebagian besar masyarakat memandang bahwa pendidikan merupakan suatu yang tidak relevan degan kehidupan sehari-hari. Seperti yang telah disampaikan pada kalimat diatas bahwa kata-kata “untuk apa sekolah” yang sering terdengar yang dimana mencerminkan kurangnya pemahaman mengenai manfaat dari jangka panjang pendidikan. Hal tersebut mungkin disebabkan karena kurangnya role mode sukses yang berasal dari lingkungan mereka atupun pengalaman langsung yang menunjukkan bahwa pendidikan tidak selalu menjamin suatu pekerjaan yang layak.
3. Ketimpangan Akses Pendidikan; dilihat dari beberapa daerah terpencil, akses terhadap sekolah merupakan tantangan yang sangat besar. Jarak yang lumayan jauh serta fasislitas pendidikan yang minim dan juga kurangnya guru yang berkualitas yang menjadi hambatan utama. Dari hal tersebut maka ketimpangan tersebut menciptakan kesenjangan antara-anak yang tinggal di daerah perkotaan dan pedesaan.
Dampak tingginya dari angka putus sekolah tidak hanya dirasakan oleh seseorang atau individu, tetapi dapat dirasakan oleh masyarakat juga secara keseluruhan. Anak-anak yang tidak dapat menyelesaikan pendidikan dasarnya sering kali sangat sulit untuk mendapakan pekerjaan yang layak di masa depan, sehingga sangat rentan sekali akan berakibatkan kemiskinan. Dalam jangka yang panjang hal ini dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi serta pencapaian target dalam pembangunan berkelanjutan. Selain itu angka putus sekolah yang tinggi juga dapat menghambat pencapaian Indonesia Emas 2045. Oleh karena itu, generasi muda yang seharusnya menjadi penggerak pembangunan akan kehilangan peluang untuk berkontribusi secara maksimal, jika mereka tidak memiliki keterampilan dan pengetahuan yang memadai.
Dari permasalahan di atas dapat di uapayakan dalam mengatasi permasalahan putus sekolah, karena masalah putus sekolah memerlukan pendekatan yang berkolaborasi serta komprehensif dari berbagai pihak. Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan yakni dengan sebagai berikut:
Meningkatkan Kesadaran dikalangan Masyarakat; Upaya dalam meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai bahwa pendidikan sangatlah penting pada kalangan anak-anak mereka. Dalam meningkatkan kesadaran masyarakat dapat dilakukan melalui kampaye edukasi mengenai pentingnya pendidikan pada anak yang harus digalakkan, baik melalui media media masa maupun program dari komunitas. Pendekatan tersebut harus melibatkan tokoh masyarakat serta pemimpin lokal untuk meningkatkan penerimaan. Selanjutnya dapat mengadakan pelatihan keterampilan serta bantuan modal usaha bagi keluarga prasejahtera, yang dimana dapat membantu meraka untuk meningkatkan pendapatannya sehingga anak-anak meraka dapat terus bersekolah. Serta memperluas akses pendidikan dengan membangun sekoalah lebih dekat dengan masyarakat, serta memfasilitasi segala bentuk pendidikan baik transportasi serta tenanga pengajar yang profesional.





