TERSESATNYA PENDIDIKAN INDONESIA, SURAMNYA GENERASI BANGSA

Oleh : Muhamad Syauqi Wafa, Mahasiswa, Agribisnis Universitas Muhammadiyah Malang

Jika kita berbicara perihal pendidikan Indonesia ada banyak topik yang bisa dibicarakan. Salah satunya adalah masalah pendidikan yang tidak ada habisnya. Mulai dari biaya pendidikan yang mahal, tidak meratanya pendidikan, atau tidak adanya arah pendidikan yang pasti. Masalah-masalah tersebut sudah seperti debu yang terkumpul di bangunan yang terbengkalai, terlupakan dan tidak diperhatikan. Begitulah kondisi pendidikan Indonesia yang dapat kita gambarkan.

Nelson Mandela pernah berkata, “Education is the most poweful weapon which you can use to change the world”, yang mana dia menekankan bahwa pendidikan adalah alat yang paling ampuh untuk membawa perubahan sosial dan Pembangunan yang berkelanjutan dalam Masyarakat. Hal ini menjadi pengingat bagi kita betapa pentingnya pendidikan bagi perubahan dan kemajuan yang ingin bangsa kita raih.

Ironisnya adalah kondisi pendidikan kita yang sangat mencemaskan. Hal tersebut dapat kita lihat dari hasil penilaian PISA Indonesia yang berada di peringkat 68 dari 81 negara. PISA sendiri adalah studi penilaian tingkat internasional yang diselenggarakan oleh OECD untuk mengevaluasi sistem pendidikan di dunia dengan mengukur performa akademik pelajar sekolah pada bidang matematika, sains, dan literasi membaca. Rendahnya skor Indonesia pada penilaian PISA menunjukkan masih rendahnya kompetensi anak-anak Indonesia dalam bidang yang dinilai. Perlu dipahami bahwa kurangnya kemajuan dalam skor PISA dapat mencerminkan masalah kritis dalam sistem pendidikan Indonesia.

Hasil mengecewakan lainnya juga dapat kita lihat dari kinerja pendidikan tinggi Indonesia yang kualitasnya masih belum memenuhi harapan. Dalam QS World University Rankings 2024 posisi terbaik yang dapat kita raih hanya peringkat 237, yang ditempati Universitas Indonesia. Jika kita bandingkan dengan negara tetangga seperti Singapura dengan National University of Singapore (UNS) yang berada di peringkat ke 11, Malaysia dengan University Malaya (UM) yang berada di peringkat 65, atau Thailand dengan Chulalokorn University yang menempati peringkat 211, level perguruan tinggi Indonesia masih belum memuaskan.

Rendahnya kualitas pendidikan yang diterima Masyarakat Indonesia sangat mempengaruhi daya saing kita dengan negara lain, ini menjadi tantangan besar yang dihadapi oleh pemerintah Indonesia. Oleh karena itu, Pemerintah telah mempersiapkan anggaran pendidikan sebesar Rp660,8 triliun atau 20 persen pada  APBN 2024, menjadi yang tertinggi dalam sejarah. Anggaran itu terbagi atas  alokasi belanja pemerintah pusat sebesar Rp237,3 triliun, Transfer ke Daerah Rp346,6 triliun, dan pembiayaan investasi Rp77,0 triliun. Penyiapan anggaran pendidikan tersebut menjadi Upaya pemerintah untuk mempersiapkan bonus demografi yang kita milki pada tahun 2045.

Masalahnya adalah anggaran yang tinggi tersebut belum tepat sasaran. Pemerintah kita seperti orang tersesat yang tidak tahu arah dan kebingungan dengan jalan yang mereka lalui. Kebingungan pemerintah tersebut dapat terlihat dari kurikulum pendidikan yang digonta-ganti sebanyak empat kali selama 20 tahun terakhir. Mulai dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pada tahun 2004, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006, kurikulum 2013, dan yang terakhir Kurikulum Merdeka.

Tidak konsistennya kurikulum yang digunakan menyebabkan tidak efisiennya pendidikan di Indonesia. Kurikulum yang berganti membingungan pengajar dan siswa dalam menentukan tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Tanpa tujuan yang spesifik, pendidikan berisiko menjadi proses tanpa arah yang tidak hanya membingungkan peserta didik dan pendidik, tetapi juga mengurangi efektivitas pengajaran dan pembelajaran.

Ketidakjelasan tujuan ini juga sering kali mengakibatkan kurikulum yang tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat, sehingga siswa tidak mendapatkan keterampilan dan pengetahuan yang relevan untuk masa depan mereka. Selain itu, hal ini juga menyebabkan kurangnya motivasi dan orientasi bagi peserta didik untuk mencapai potensi pribadi mereka secara keseluruhan.

Perlunya Reformasi Pendidikan dalam sistem Pendidikan kita menjadi sangat penting, mengingat persaingan dengan negara lain yang semakin ketat. Kita tidak bisa diam saja melihat negara-negara lain, khususnya negara-negara ASEAN yang mulai menyalip kita diberbagai bidang.

Perbaikan secara berkelanjutan dalam sistem Pendidikan sama sekali tidak boleh diganggu oleh kepentingan politik yang selama ini juga menjadi penyebab rendahnya kualitas Pendidikan Indonesia. Perbaikan dan Reformasi sitem Pendidikan bukanlah masalah sederhana dan mudah untuk dilakukan. Oleh karena itu, Pemerintah perlu membuat suatu program jangka panjang dengan menetapkan arah tuujuan yang jelas, serta sistem evaluasi yang terukur sehingga dapat meningkatkan kualitas Pendidikan Indonesia yang lebih baik.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *